Minggu, 13 Desember 2015

Profesi Kependidikan (10)


PUPNS online

PUPNS atau Pendaftaran ulang PNS secara elektronik (ePUPNS) adalah sebuah reformasi birokrasi dari konvensional menjadi modern yang berbasis teknologi sesuai dengan kemajuan zaman dan kebutuhan masyarakat di masa kini. PNS sekarang disebut sebagai ASN atau Aparatur Sipil Negara, ini berdasarkan Undang-undang no. 5 tahun 2014. Registrasi ulang PNS secara elektronik atau disebut ePUPNS bias dilakukan dengan cara online melalui website resmi pupns.bkn.go.id, atau untuk registrasi PUPNS BKN bisa diakses melalui pupns.bkn.go.id/registrasi. Registrasi secara online ini bias dilakukan selama 1×24 jam penuh, namun jika trafik web sedang ramai, maka web akan mengalami overload yang menyebabkan web sering error, disarankan untuk melakukan registrasi pada jam-jam tidak sibuk seperti jam 7-12 siang, atau lewat tengah malam.

Ada beberapa keuntungan dari system manual ke ePUPNS ini, antara lain:
1. Sistem telah melewati verifikasi daerah sehingga kredibilitas dapat dipertanggungjawabkan.
2. Ontime setiap saat, dapat dilakukan pengecekan kapanpun dan dimanapun anda berada.
3. Terintegrasi langsung ke website resmi BKN
Sayangnya, penerapan konsep PUPNS secara elektronik ini terkesan tidak direncanakan dengan baik. Beberapa Pegawai Negeri Sipil, terutama yang berada di daerah, mengatakan kalau mereka sama sekali belum mendapat sosialisasi terkait PUPNS ini.
Banyak Trabel Pada Sistem Portal PUPNS BKN :
1.      Saat Masuk ke Menu Keluarga selalu Error 500
2.      Untuk pengisian menu-menu yang lain saat mencari lokasi tempat lahir, nama sekolah selalu tidak ditemukan.
3.       Setelah merubah data klik simpan tiba-tiba logout sendiri. terpaksa login lagi. setiap selesai pengisian menu-menu yang ada dan saat klik save selalu logout sendiri.
4.       Selesai pengisian kemudian klik Kirim tapi Data untuk dilakukan proses cetak tidak ada/tidak muncul.
Kenapa banyak sekali problem pada Portal PUPNS, Kita sudah siap pengisian PUPNS sedangkan sistem PUPNS yang diberikan BKN ternyata masih banyak sekali kendalanya. Jika Belum Siap 100% ya jangan lounching secara online dulu lah. bikin susah. 1 sampai dengan 4 itu contoh sebagian trable yang sering terjadi., masih banyak trable-trable yang lain.
Mohon Agar Pihak Kementerian BKN lebih serius lagi dalam pengadaan Sistem PUPNS, untuk tidak banyak Trable-nya.


Kenaikan pangkat online
Mulai tahun ini BKN (Badan Kepegawaian Negara) akan menerapkan sistem baru dalam melayani proses kenaikan pangkat PNS. Rencananya BKN akan menerapkan sistem kenaikan pangkat PNS secara otomatis setiap 4 tahun sekali. Kenaikan pangkat ini tanpa harus melalui mekanisme pengusulan oleh instansi tempat kerja PNS kepada BKN seperti yang telah diterapkan selama ini. Menurut Kepala BKN, Bima Haria Wibisana mengatakan bahwa kebijakan ini berlaku untuk PNS struktural dan juga PNS fungsional seperti guru. Ada beberapa prosedur yang harus diikuti para guru PNS sebelum kenaikan pangkat secara otomatis. Guru PNS harus tetap mengumpulkan angka kredit untuk bisa naik pangkat. Guru harus membuktikan angka kreditnya bisa memadai untuk naik pangkat. 
Dengan adanya sistem baru ini diharapkan tidak akan ada lagi keterlambatan kenaikan pangkat bagi PNS yang sebelumnya sering terjadi sebelumnya. BKN akan mengirimkan daftar nama PNS yang akan naik pangkat pada periode tertentu enam bulam sebelumnya. Begitu juga PNS yang akan pensiun, BKN menyampaikan daftarnya setahun sebelum waktu berlakunya. Sehingga PNS bisa segera memproses pemberkasannya agar saat jatuh tempo, baik naik pangkat maupun pensiun sudah bisa menerima haknya. Mereka yang naik pangkat bisa menerima gaji sesuai kepangkatannya, dan yang pensiun langsung bisa menerima uang pensiunnya tepat hari jatuh temponya.
Meskipun BKN menerapkan sistem kenaikan pangkat secara otomatis, PNS diminta tidak terlena dan berleha-leha. Sebab, secara pinsip kenaikan pangkat diberikan kepada PNS berdasar kinerja, bukan masa kerja. BKN selama dua tahun terakhir akan melakukan analisa atas hasil penilaian kinerja PNS. Jika minimal selama dua tahun terakhir itu kinerjanya baik, maka namanya akan masuk daftar proses kenaikan pangkat. Namun jika kinerjanya tidak baik, tentu namanya tidak akan diproses.

Pendaftaran PNS online
Setiap tahun pendaftaran CPNS Online selalu mengalami kenaikan, meski kuota CPNS sedikit tidak menyurutkan peserta untuk mendaftar. seperti pada tahun ini dan kemungkinan akan mengalami kenaikan di tahun berikutnya. Berbicara Opini mengenai CPNS pasti bakal seru dibahas beberapa kabar miring juga dijumpai jika membahas mengenai CPNS menghabiskan ratusan juta untuk dapat lulus CPNS bermoduskan KKN. ratusan bahkan milyaran rupiah dikeluarkan hanya ingin lulus tanpa harus berusaha keras.
Pendaftaran Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) online sudah dibuka sejak 24 Agustus 2014 lalu. Namun demikian banyak keluhan masyarakat terkait pendaftaran CPNS dengan sistem online tersebut. Beberapa keluhan masyarakat tersebut diantaranya:
1.      situs yang susah diakses
2.      kendala login pada situs SSCN
3.      perubahan data usai login
4.      NIK sudah terdaftar dan beberapa kendala teknis lainnya.

Dibalik kekurangan yang terjadi dalam pendaftaran CPNS secara online banyak pula keuntungan bagi peserta ujian. Ujian menggunakan CAT (Computer Assisted Test) memiliki sejumlah keunggulan yaitu peserta tes dapat mendaftarkan diri melalui internet, hasil ujian bisa langsung diketahui setelah ujian selesai, dan penilaian dilakukan secara obyektif.
Tak hanya itu, sistem ini juga bisa membantu pemerintah dalam menciptakan standarisasi hasil ujian dan mempercepat proses pemeriksaan dan laporan hasil ujian.
Melalui sistem ini, pemerintah juga bisa menghemat anggaran karena tidak lagi dibutuhkan kertas ujian. Diprediksi sekitar 6 ton kertas akan dihemat dengan digunakannya sistem CAT.


Perkembangan Peserta Didik (11)



IQ, EQ, SQ


Kecerdasan Intelektual (IQ) adalah ukuran kemampuan intelektual, analisis, logika, dan rasio seseorang. IQ merupakan kecerdasan otak untuk menerima, menyimpan, dan mengolah informasi menjadi fakta. Dalam seni
Kecerdasan Spiritual (SQ) adalah kemampuan seseorang untuk mengerti dan memberi makna pada apa yang di hadapi dalam kehidupan, sehingga seseorang akan memiliki fleksibilitas dalam menghadapi persoalan dimasyarakat.
Kecerdasan Emosional (EQ) adalah kemampuan mengenali perasaan sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, serta kemampuan mengolah emosi dengan baik pada diri sendiri dan orang lain.




Keterkaitan IQ,SQ, dan EQ
Seseorang yang mempunyai kebermaknaan (SQ) yang tinggi mampu menyandarkan jiwa sepenuhnya berdasarkan makna yang diperoleh sehingga ketenangan hati akan muncul. jika hati telah tenang (EQ) akan memberikan sinyal untuk menurunkan kerja simpatis menjadi para simpatis. Jika seorang sudah tenang karena aliran darah sudah teratur, maka seseorang akan dapat berpikir secara optimal (IQ) sehingga lebih tepat mengambil keputusan. Manajemen diri untuk mengolah hati tidak cukup dengan IQ dan EQ saja, tetapi SQ juga sangat berperan dalam diri manusia sebagai pembimbing kecerdasan lain.

IQ
Kecerdasan intelektual (IQ) itu sendiri merupakan kemampuan seseorang untuk berhitung, berinovasi, berimajinasi atau lebih tepatnya kemampuan seorang untuk berfikir “what I think”. Contoh dalam penerapan dalam dunia pendidikan adalah disaat penerimaan siswa program akselerasi, siswa yang memiliki IQ minimal 125 dapat mengikuti program ini, siswa yang mengikuti program ini diseleksi secara ketat, karena pada program ini lebih membebankan materi yang banyak diberikan dengan waktu tempuh yang lebih cepat. Dengan penerapan IQ ini dapat diketahui siapa sajakah yang mampu mengikuti program akselerasi ini. Kecerdasan intelektual ini dapat dikembangkan selama mau berusaha belajar dan berlatih.

EQ
Kecerdasan emosial (EQ) merupakan suatu kemampuan pada diri seseorang untuk dapat memahami emosi diri sendiri dan orang lain. Dengan adanya kecerdasan emosional ini maka seseorang akan dapat mengendalikan perasaannya untuk melakukan suatu tindakan. Jika kecerdasan emosional ini diterapkan dalam dunia pendidikan maka seorang peserta didik akan mampu mensinergikan ilmu yang ia dapatkan di lembaga formal maupun tidak formal dengan kehidupan sehari-harinya dengan kata lain kecerdasan ini “what I feel” apa yang aku rasakan. Salah satu contoh di sebuah sekolah dasar, murid-murid SD menerima mata pelajaran yang bernama Aqidah dan Akhlaq. Dalam mata pelajaran ini murid-murid diajarkan oleh seorang guru mengenai rasa iba dan saling tolong menolong kepada sesama manusia. Ketika sepulang sekolah ada salah seorang murid yang melihat seorang bapak-bapak pemulung yang sudah tua renta sedang mencari botol bekas di tong sampah tempat anak itu bersekolah, kemudian dengan rasa kasihan dan ingat betul apa yang disampaikan gurunya untuk saling tolong menolong kepada sesama, anak ini memberikan sebagian uang jajannya untuk bapak tersebut, dengan harapan bapak itu dapat memberi nafkah kepada keluarganya. Dari hal ini kita dapat lihat seorang anak itu yang memiliki kecerdasan emosional. Ia mengerti betul apa yang sedang dialami orang lain, dan ia mengerti bagaimana ia harus bertindak.

SQ
kecerdasan spiritual (SQ) merupakan penentu kesuksesan seseorang. Karena kecerdasan ini menjawab berbagai macam pertanyaan mendasar dalam diri seseorang. Kecerdasan ini dapat dikatakan “who I am” siapa diri saya? Dan untuk apa saya diciptakan. Penerapan kecerdasan spiritual ini sudah banyak diterapkan oleh sekolah sekolah swasta. salah satu contohnya Pondok Pesantren. Didalam pendidikan pesantren, tingkat religius atau kecerdasan spiritual seseorang sangat diperhatikan oleh pengasuh ataupun para asatidz. Salah satu contoh penerapannya adalah di pesantren tidak hanya pembelajaran formal saja yang diwajibkan namun amalan-amalan seperti sholat dhuha, puasa senin kamis sangatlah dianjurkan. Karena hal ini menjadi dasar apa maksud dari Allah menciptakan diri manusia. Selain diperintahkan untuk belajar juga diperintahkan untuk bertaqwa dan menaati segala perintahnya. Karena ada ikhtiar tanpa do’a ibarat orang yang sombong.

dari pemaparan diatas terlihat bahwa manusia memerlukan kecerdasan-kecerdasan dalam menjalani hidup. Akan terasa lebih lengkap dan seimbang seorang manusia jika hidup dengan didampingi kecerdasan EQ,IQ, dan SQ. karenanya kita perlu untuk menyadari dan mengembangkan potensi-potensi kecerdasan yang dimiliki manusia, apa lagi kita sebagai calon guru nantinya dituntut untuk mencetak anak-anak penerus bangsa yang berkualitas secara intelektual,emosional dan spiritual.

Sumber
https://silviastrilyani.wordpress.com/2013/02/11/pengertian-iq-eq-dan-sq/ diakses pada tanggal  210 Desember 2015, pukul 18:34


Pengembangan Peserta Didik (10)

Tugas Kelompok

Menggambar dengan teknik Cetak Tinggi dengan berbagai pola.

          Tentunya dalam hal membuat karya seni rupa, ada begitu banyak teknik yang dapat digunakan untuk menghasilkan sebuah gambar, dimana teknik-tekniknya antara lain seperti mozaik, airbrush, montase, cetak tinggi, dan masih banyak lagi teknik yang lainnya yang tentunya kita sudah dapatkan di pendidikan dasar.
          Dalam hal ini akan membahas sedikit mengenai teknik cetak tinggi yang merupakan salah satu proses egiatan mencetak seni grafis yang memanfaatkan bentuk yang paling tinggi yang berasal dari suatu benda atau bahan untuk menghasilkan bentuk karya berupa gambar. Cetak tinggi dapat dibuat dari berbagai bahan keras dan lunak. Contoh alat yang memanfaatkan teknik cetak tinggi adalah stempel. Stempel biasanya diabuat dari kayu sebagai pegangan dan karet yang dibentuk dengan pola tertentu sebagai alat pencetaknya, Tentunya dalam membuat setempel juga bisa dengan memanfaatkan bahan-bahan sederhana di sekitar kita, bahan sederhana itu antara lain adalah umbi-umbian, pelepah pisang, karet penghapus, dan lain-lain.
          Alat dan bahan yang diperlukan untuk membuat stempel sebagai media pembelajaran seni rupa yaitu :
1.         Wortel, Ubi dan pelepah pisang sebagai bahan utama


2.       Cutter yang digunakan untuk membentuk pola stempel yang diinginkan pada bahan-bahan utama
3.       Tinta (pewarna makanan) sebagai pewarna



4.       Kertas gambar sebagai bidang tempel stempel

          Setelah mempersiapkan bahan barulah kita menentukan gambar apa yang akan kita buat. Adapun langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam membuat stempel ini yaitu :
1.       Pertama-tama siapkan bahan yang akan dijadikan sebagai stempel, misalnya wortel
2.       Potonglah permukaan wortel agar datar menggunakan cutter


3.       Buatlah pola sesuai dengan keinginan




4.       Setelah pola selesai dibuat, ambil bantalan stempel kemudian tuangkan tinta stempel di atasnya



5.       Tempelkan stempel pada bantalan tinta kemudian cap stempel pada kertas gambar



          Dalam membuat stempel hal yang perlu diperhatikan adalah proses memotong permukaan wortel agar datar. Mengapa harus datar? Karena agar saat di cap pola yang kita buat dapat terlihat jelas seutuhnya pada kertas gambar. Jika permukaan stempel tidak rata maka saat dicap akan terdapat bagian yang tidak terlihat pada kertas gambar, misalnya terdapat bagian putih yang tidak terkena tinta. Selain menggunakan umbi-umbian seperti wortel, membuat stempel juga bisa memanfaatkan pelepah daun pisang. Apabila menggunakan pelepah daun pisang kita tidak perlu repot repot lagi membuat pola, karena pelepah daun pisang sudah memiliki pola alami yang unik. Sama seperti halnya menggunakan wortel, membuat stempel dengan pelepah daun pisang juga harus memperhatikan proses memotongnya, tujuannya sama, agar saat dicap polanya dapat terlihat jelas dan merata. Pola yang unik juga dimiliki oleh batang daun papaya, kita dapat mengkreasikan bahan tersebut untuk membuat karya yang unik, menarik dan memiliki estetika seni.
            Berikut adalah contoh gambar yang memanfaatkan wortel.






Pengembangan peserta didik (9)

Menganalisis Gambar Anak





       Dilihat dari periodenya karya Putu Ayu yang berusia 10 tahun termasuk pada masa Realisme Awal ( Drawing Realism)  karya  anak  lebih  menyerupai  kenyataan. Kesadaran perspektif mulai muncul, namun berdasarkan penglihatan sendiri. Mereka menyatukan  objek  dalam  lingkungan.  Perhatian  kepada  objek  sudah  mulai rinci.  Dalam  menggambarkan  objek,  proporsi  (perbandingan ukuran) belum dikuasai sepenuhnya.  Pemahaman  warna  sudah  mulai disadari. Penguasan konsep  ruang mulai  dikenalnya sehingga  letak  objek  tidak lagi  bertumpu  pada  garis  dasar,  melainkan  pada  bidang  dasar  sehingga  mulai ditemukan  garis  horizon.  Selain  dikenalnya  warna  dan  ruang,  penguasaan  unsur  desain seperti keseimbangan dan irama mulai dikenal pada periode ini. Ada  perbedaan  kesenangan  umum,  misalnya:  anak  laki-laki  lebih  senang kepada menggambarkan kendaraan, anak perempuan kepada boneka atau bunga.

Secara visual tidak ada yang aneh dari gambar ini. Seperti anak kebanyakan dia menggambar gunung kembar dengan matahari, rumah, pohon dan objek manusia. Pewarnaannya pun tergolong baik untuk anak seusianya namun yang menjadi aneh bagi saya ialah saat Indrianti Amilda Pratami  bercerita tentang  gambar tersebut dalam presentasinya, bahwa si anak sedang berusaha menggambar tetang dirinya bersama pacarnya yang sedang jalan bersama. Aneh memang, anak seusia putu ayu sudah mengenal pacaran.

Sumber:

http://sitirohmaniyah-nia.blogspot.co.id/2014/05/perkembangan-seni-rupa-anak-sekolah.html

Profesi Kependidikan (9)

Pendidikan kejuruan

        Pendidikan kejuruan dapat diartikan dari berbagai segi.  Bila seseorang belajar cara bekerja, maka orang tersebut mendapatkan pendidikan kejuruan.  Byram & Wenrich (1956: 50) menyatakan bahwa dari sudut pandang sekolah, pendidikan kejuruan mengajarkan orang cara bekerja secara efektif.   Dengan demikian, pendidikan kejuruan berlangsung apabila individu atau sejumlah individu mendapatkan informasi, pemahaman, kemampuan, keterampilan, apresiasi, minat dan/atau sikap, yang memungkinkan dia untuk memulai atau melanjutkan suatu aktivitas yang produktif.
Menurut Evans (dalam Muliaty, 2007: 7) pendidikan kejuruan merupakan bagian dari sistem pendidikan yang mempersiapkan seseorang agar lebih mampu bekerja pada satu kelompok pekerjaan atau satu bidang pekerjaan daripada bidang-bidang pekerjaan lain.  Sebelumnya, Hamalik (2001:24) menyatakan bahwa pendidikan kejuruan adalah suatu bentuk pengembangan bakat, pendidikan dasar keterampilan dan kebiasaan-kebiasaan yang mengarah pada dunia kerja yang dipandang sebagai latihan keterampilan.  Lebih lanjut, Djohar (2007:1285) mengemukakan bahwa pendidikan kejuruan adalah suatu program pendidikan yang menyiapkan individu peserta didik menjadi tenaga kerja profesional dan siap untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Karakteristik pendidikan kejuruan menurut Djohar (2007:1295-1297) adalah sebagai berikut:
  1. Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan yang memiliki sifat untuk menyiapkan penyediaan tenaga kerja.  Oleh karena itu orientasi pendidikan kejuruan tersebut mengarah pada lulusan yang dapat dipasarkan di dunia kerja.
  2. Justifikasi pendidikan kejuruan mengacu pada kebutuhan nyata tenaga kerja di dunia usaha dan industri.
  3. Pengalaman belajar yang didapatkan melalui pendidikan kejuruan meliputi aspek afektif, kognitif, dan psikomotorik yang diterapkan baik pada situasi simulasi kerja melalui proses belajar mengajar, maupun situasi kerja yang nyata dan sebenarnya.
  4. Keberhasilan pendidikan kejuruan diukur dari dua kriteria, yaitu keberhasilan siswa di sekolah (in-school success), dan keberhasilan siswa di luar sekolah (out-of school success. Kriteria pertama meliputi keberhasilan siswa dalam memenuhi persyaratan kurikuler, sedangkan kriteria kedua ditunjukkan oleh keberhasilan atau kinerja lulusan setelah berada di dunia kerja yang nyata dan sebenarnya.
  5. Pendidikan kejuruan memiliki kepekaan/daya suai (responsiveness) terhadap perkembangan dunia kerja.  Oleh karena itu pendidikan kejuruan harus dapat responsif dan proaktif terhadap perkembangan ilmu dan teknologi, dengan menekankan pada upaya adaptabilitas dan fleksibilitas untuk menghadapi prospek karir anak didik dalam jangka panjang.
  6. Bengkel kerja dan laboratorium merupakan kelengkapan utama dalam pendidikan kejuruan, untuk dapat mewujudkan situasi belajar yang dapat mencerminkan situasi dunia kerja secara realistis dan edukatif.
  7. Hubungan kerjasama antara lembaga pendidikan kejuruan dengan dunia usaha dan industri merupakan suatu keharusan, seiring dengan tingginya tuntutan relevansi program pendidikan kejuruan dengan tuntutan dunia usaha dan industri.


Pendidikan kejuruan dapat diartikan dari berbagai segi.  Bila seseorang belajar cara bekerja, maka orang tersebut mendapatkan pendidikan kejuruan.  Byram & Wenrich (1956: 50) menyatakan bahwa dari sudut pandang sekolah, pendidikan kejuruan mengajarkan orang cara bekerja secara efektif.   Dengan demikian, pendidikan kejuruan berlangsung apabila individu atau sejumlah individu mendapatkan informasi, pemahaman, kemampuan, keterampilan, apresiasi, minat dan/atau sikap, yang memungkinkan dia untuk memulai atau melanjutkan suatu aktivitas yang produktif.
Menurut Evans (dalam Muliaty, 2007: 7) pendidikan kejuruan merupakan bagian dari sistem pendidikan yang mempersiapkan seseorang agar lebih mampu bekerja pada satu kelompok pekerjaan atau satu bidang pekerjaan daripada bidang-bidang pekerjaan lain.  Sebelumnya, Hamalik (2001:24) menyatakan bahwa pendidikan kejuruan adalah suatu bentuk pengembangan bakat, pendidikan dasar keterampilan dan kebiasaan-kebiasaan yang mengarah pada dunia kerja yang dipandang sebagai latihan keterampilan.  Lebih lanjut, Djohar (2007:1285) mengemukakan bahwa pendidikan kejuruan adalah suatu program pendidikan yang menyiapkan individu peserta didik menjadi tenaga kerja profesional dan siap untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Karakteristik pendidikan kejuruan menurut Djohar (2007:1295-1297) adalah sebagai berikut:
  1. Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan yang memiliki sifat untuk menyiapkan penyediaan tenaga kerja.  Oleh karena itu orientasi pendidikan kejuruan tersebut mengarah pada lulusan yang dapat dipasarkan di dunia kerja.
  2. Justifikasi pendidikan kejuruan mengacu pada kebutuhan nyata tenaga kerja di dunia usaha dan industri.
  3. Pengalaman belajar yang didapatkan melalui pendidikan kejuruan meliputi aspek afektif, kognitif, dan psikomotorik yang diterapkan baik pada situasi simulasi kerja melalui proses belajar mengajar, maupun situasi kerja yang nyata dan sebenarnya.
  4. Keberhasilan pendidikan kejuruan diukur dari dua kriteria, yaitu keberhasilan siswa di sekolah (in-school success), dan keberhasilan siswa di luar sekolah (out-of school success. Kriteria pertama meliputi keberhasilan siswa dalam memenuhi persyaratan kurikuler, sedangkan kriteria kedua ditunjukkan oleh keberhasilan atau kinerja lulusan setelah berada di dunia kerja yang nyata dan sebenarnya.
  5. Pendidikan kejuruan memiliki kepekaan/daya suai (responsiveness) terhadap perkembangan dunia kerja.  Oleh karena itu pendidikan kejuruan harus dapat responsif dan proaktif terhadap perkembangan ilmu dan teknologi, dengan menekankan pada upaya adaptabilitas dan fleksibilitas untuk menghadapi prospek karir anak didik dalam jangka panjang.
  6. Bengkel kerja dan laboratorium merupakan kelengkapan utama dalam pendidikan kejuruan, untuk dapat mewujudkan situasi belajar yang dapat mencerminkan situasi dunia kerja secara realistis dan edukatif.
  7. Hubungan kerjasama antara lembaga pendidikan kejuruan dengan dunia usaha dan industri merupakan suatu keharusan, seiring dengan tingginya tuntutan relevansi program pendidikan kejuruan dengan tuntutan dunia usaha dan industri.
Sumber
http://izzaucon.blogspot.co.id/2014/06/pendidikan-kejuruan.html di akses pada tanggal 5 november 2015 pukul 19:27
https://jodenmot.wordpress.com/2012/12/26/pengertian-pendidikan-kejuruan/ di akses pada tanggal 7 Desember 2015 pukul 21:11



Profesi Kependidikan (8)

Professional keguruan

1.   Peraturan perundang-undangan
Dalam Undang-Undang Guru dan Dosen (UUGD), Pasal 43, dikemukakan sebagai berikut: (1) Untuk menjaga dan meningkatkan kehormatan, dan martabat guru dalam pelaksanaan tugas keprofesionalan, organisasi profesi guru membentuk kode etik; (2) Kode etik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berisi norma dan etika yang mengikat perilaku guru dalam pelaksanaan tugas keprofesionalan
Pada butir sembilan Kode etik Guru Indonesia disebutkan bahwa: ”Guru melaksanakan segala kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pandidikan” (PGRI, 1973). Kebijaksanaan pendidikan di Negara kita dipegang oleh pemerintah,dalam hal ini oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. dalam rangka pembangunan di bidang pendidikan di Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan mengeluarkan ketentuan-ketentuan dan Peraturan-praturan yang merupakan kebijaksanaan yang akan dilaksanakan oleh aparatnya yang meliputi antar lain: pembangunan gedung-gedung pendidikan, pemerataan kesempatan belajar antara lain dengan melalui kewajiban belajar, peningkatan mutu pendidikan, pembinaan generasi muda dengan menggiatkan kegiatan karang taruna, dan lain-lain.

2.  Organisasi Profesi
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dikemukakan bahwa: "Organisasi profesi guru adalah perkumpulan yang berbadan hukum yang didirikan dan diurus oleh guru untuk mengembangkan profesionalitas guru". Lebih lanjut dijelaskan hal-hal sebagai berikut.
Dalam UUD 45, pasal 41:
1.   Guru dapat membentuk organisasi profesi yang bersifat independen.
2.  Organisasi profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berfungsi untuk memajukan profesi, meningkatkan kompetensi, karier, wawasan kependidikan, perlindungan profesi. kesejahteraan, dan pengabdian kepada masyarakat.
3.  Guru wajib menjadi anggota organisasi profesi.
4.  Pembentukan organisasi profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai peraturan perundangundangan.
5.  Pemerintah dan/atau pemerintah daerah dapat memfasilitasi organisasi profesi guru dalam pelaksanaan pembinaan dan pengembangan profesi guru. ·

Pasal 42 Organisasi profesi guru mempunyai kewenangan:
1.       menetapkan dan menegakkan kode etik guru;
2.      memberikan bantuan hukum kepada guru;
3.      memberikan perlindungan profesi guru;
4.      melakukan pembinaan dan pengembangan profesi guru; dan
5.      memajukan pendidikan nasional.

3. Teman Sejawat
Hubungan formal ialah hubungan yang perlu dilakukan dalam rangka melakukan tugas kedinasan.sedangkan hubungan kekeluargaan ialah hubungan persaudaraan yang perlu dilakukan, baik dalam lingkungan kerja maupun dalam hubungan keseluruhan dalam rangka menunjang tercapainya keberhasilan anggota profesi dalam membawakan misalnya sebagai pendidik bangsa.
1.  Hubungan Guru Berdasarkan Lingkungan Kerja
Sikap professional lain yang perlu ditumbuhkan oleh  guru adalah sikap ingin bekerja sama, saling harga menghargai, saling pengertian dan dipenuhi rasa tanggung jawab. jika ini sudah berkembang, akan tumbuh rasa senasib sepenanggungan serta menyadari akan kepentingan bersama, tidak mementingkan kepentingan diri sendiri dengan mengorbankan kepentingan orang lain.
2.   Hubungan Guru Berdasarkan Lingkungan Keseluruhan
Kalau kita ambil sebagai contoh profesi kedokteran, maka dalam sumpah dokter yang diucapkan pada upacara pelantikan dokter baru, antara lain terdapat kalimat yang menyatakan bahwa setiap dokter akan memperlakukan teman sejawatnya sebagai saudara kandung. dengan ucapan ini para dokter menganggap profesi mereka sebagi suatu keluarga yang harus dijunjung tinggi dan dimuliakan.
Sekarang apa yang terjadi pada profesi kita, profesi keguruan? dalam hal ini kita harus mengakui dengan jujur bahwa sejauh ini profesi keguruan masih memerlukan pembinaan yang sungguh-sungguh. rasa persaudaraan seperti tersebut, bagi kita masih perlu di tumbuhkan sehingga kelak akan dapat kita kita lihat bahwa hubungan guru dengan teman sejawatnya berlangsung seperti halnya dengan profesi kedokteran.

4.   Anak Didik
Dalam kode etik Guru Indonesia dengan jelas dituliskan bahwa: Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berjiwa pancasila. Dasar ini mengandung beberapa prinsip yang harus dipahami oleh seorang guru dalam menjalankan tugasnya sehari-hari, yakni; tujuan pendidikan nasional, prinsip membimbing dan prinsip pembentukan manusia Indonesia seutuhnya. membentuk anak didik menjadi manusia dewasa yang berkepribadian matang dan tangguh, yang dapat dipertanggungjawabkan dan bertanggung jawab terhadap masyarakat dan terhadap dirinya

Sebagaimana juga dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara. tiga kalimat padat terkenal yang dikeluarkan oleh Ki Hajar Dewantara yakni;Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso dan Tut Wuri Handayani. Ketiga kalimat itu mempunyai arti bahwa pendidikan harus dapat memberi contoh, harus dapat memberikan pengaruh dan harus dapat mengendalikan peserta didik. dalam tut wuri terkandung maksud membiarkan peserta didik menuruti bakat dan kodratnya sementara guru memperhatikannya. Dalam handayani berarti guru mempengaruhi peserta didik, dalam arti membimbing atau mengajarnya.

5.  Tempat Kerja
Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa suasana yang baik di tempat kerja akan meningkatkan produktivitas. hal ini disadari dengan sebaik-baiknya oleh setiap guru dan guru berkewajiban menciptakan suasana yang demikian dalam lingkungannya. untuk menciptakan suasana kerja yang baik ini ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu; (a) guru sendiri, (b) hubungan guru dengan orang tua dan masyarakat sekelilingnya.

6.  Pimpinan
Pemimpipin mempunyai kewajiban, dan arahan untuk anggota nya. Maka Kerja sama antara pemimpin dan anggotanya juga dapat diberikan dalam bentuk usulan dan malahan kritik yang membangun demi pencapaian tujuan yang telah digariskan bersama dan kemajuan organisasi. oleh sebab itu, dapat kita simpulkan bahwa sikap seorang guru terhadap pemimpin harus positif, dalam pengertian harus bekerja sama dalam menyukseskan program yang sudah disepakati, baik di sekolah maupun di luar sekolah.

7. Pekerjaan
Orang yang telah memilih suatu karier tertentu biasanya akan berhasil baik, bila dia mencintai kariernya dengan sepenuh hati. Artinya,ia akan berbuat apapun agar kariernya berhasil baik, ia commited dengan pekerjaannya. Ia harus mau dan mampu melaksanakan tugasnya serta mampu melayani dengan baik pemakai jasa yang membutuhkannya.

Untuk meningkatkan  mutu profesi secara sendiri-sendiri, guru dapat melakukannya secara formal maupun informal.secara formal, artinya guru mengikuti berbagai pendidikan lanjutan atau kursus yang sesuai dengan bidang tugas, keinginan, waktu dan kemampuannya. Secara informal guru dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya melalu mass media seperti televisi, radio, majalah, ilmiah, koran dan sebagainya, ataupun membaca  buku teks dan pengetahuan lainnya yang cocok dengan bidangnya.


Arifin, Ardhiansyah. 2011. SIKAP PROFESIONAL KEGURUAN. (Online). Tersedia padahttp://ekhardhi.blogspot.co.id/2011/11/sikap-profesional-keguruan.html.

Pengembangan Peserta didik (7)

Menganalisis Gambar Anak

       Pengelompokan periodisasi karya seni rupa anak dimaksudkan agar kita mudah mengenali karakteristik perkembangan anak berdasarkan usianya. Dalam mengungkapkan gagasannya, anak masih memandang gambar sebagai satu ungkapan keseluruhan. Hal ini belum tampak bagian demi bagian secara rinci. Yang tampak hanyalah bagian-bagian kecil yang menarik perhatian, terutama yang menyentuh perasaan dan keinginannya.
Periodisai menurut Cyrl Burt (Lowenfeld, 1975: 118-119) Membagi periodisasi gambar menjadi tuju tingkatan, yaitu:
Masa mencoreng                    : 2 - 3 tahun
Masa garis                              : 4 tahun
Masa simbolisme deskriptif   : 5 - 6 tahun
Masa realisme deskriftif        : 7 - 8 tahun
Masa realisme visual              : 9 - 10 tahun
Masa represi                           : 10 – 14 tahun
Masa pemunculan artistic      : masa adolesen

Beikut beberapa analisis gambar yang sudah saya analisis berdasarkan pembagian periode  masa seni rupa anak


Karya :
I Nengah Adi Artana ( 5 Tahun )
Menurut periodenya usia Adi Artana termasuk kedalam anak simbolisme deskriptif, dimana pada karya ini Adi Artana banyak menggambar babi yang pada kenyataannya orang tuanya memelihara babi. Bisa dilihat pada gambar tersebut Objek  yang  digambarkan  anak biasanya  berupa  gambar  kepala-berkaki.  Sebuah  lingkaran  yang  menggambarkan kepala kemudian pada bagian bawahnya ada dua garis sebagai pengganti kedua kaki.  Ciri-ciri  yang  menarik  lainnya  pada  tahap  ini  yaitu  telah  menggunakan bentuk-bentuk  dasar  geometris  untuk  memberi  kesan  objek  dari  dunia  sekitarnya. Koordinasi  tangan  lebih  berkembang.  Aspek  warna  belum  ada  hubungan  tertentu dengan  objek,  orang  bisa  saja  berwarna  biru,  merah,  coklat  atau  warna  lain  yang disenanginya. Penempatan  dan  ukuran  objek  bersifat  subjektif,  didasarkan  kepada kepentingannya. Ini  dinamakan  dengan  “perspektif batin”.

Karya :
Ni Putu Indah Dewi ( 3 Tahun )

Menurut periodenya usia Putu Indah Dewi termasuk ke dalam periode masa mencoreng. Corengan  terkendali  ditandai  dengan  kemampuan  anak  menemukan  kendali  visualnya  terhadap  coretan  yang  dibuatnya.  Hal  ini  tercipta  dengan  telah  adanya kerjasama  antara  koordiani  antara  perkembangan  visual  dengan  perkembamngan motorik.  Hal  ini  terbukti  dengan  adanya  pengulangan  coretan  garis  baik  yang  horizontal , vertical, lengkung , bahkan lingkaran.
 Dilihat pada gambar yang ia buat banyak menggunakan garis-garing yang menggambarkan manusia dan bunga. Namun nampaknya dia juga sudah mulai mengenal warna. Bisa dilihat pada gambar diatas dia sudah mampu mewarnai bunga.

Sumber :
Foto Dokumentasi Pribadi
http://sitirohmaniyah-nia.blogspot.co.id/2014/05/perkembangan-seni-rupa-anak-sekolah.html



pengembangan peserta didik (8)

Menganalisis Gambar Anak


Pada pertemuan mata kuliah Pengembangan Peserta Didik oleh Drs Jajang Suryana, M.Sn, dilakukannya presentasi mengenai gambar anak-anak dengan memahami dan menganalisis karya anak secara langsung. Presentasi selanjutnya di presentasikan oleh beberapa Mahasiswa Pendidikan Seni Rupa semester 7 banyak gambar-gambar unik yang dipresentasikan oleh beberapa mahasiswa, adapun gambar-gambar yang dipresentasikan adalah sebagai berikut :


Karya : 
Ni Putu Yuni Kusuma Yanti ( 10 Tahun)

     Gambar diatas adalah salah satu karya yang digambar oleh keponakan saya sendiri, dia bernama Ni Putu Yuni Kusuma Yanti. Secara sekilas kalau dilihat gambar diatas biasa saja, namun yang membuat gambar tersebut unik adalah, gambar tersebut dibuat oleh seorang perempuan yang masih berusia 10 tahun. Di rumah dia mencontoh salah satu gambar yang saya buat dan yang membuat saya terkesan dia sudah mampu mencontoh gambar yang saya buat secara lengkap. Di usianya yang baru sepuluh tahun dia sudah mampu menunjukkan bakat yang ia punya.

Karya :
Helmi ( 5 Tahun )

Dari usia 5 tahun yang memasuki masa prabagan terlihat bahwa gambar yang dihasilkan oleh Helmi terdapat goresan melingkar, vertical, horizontal dibuat mengelompok untuk membuat suatu bidang. Dia memadukan beberapa goresan tersebut untuk membentuk sebuah objek. Objek orang yang dibuatnya merupakan dirinya sendiri yang sedang melempar pisau, sehingga objek pisau lebih besar dibanding dirinya sendiri. Gambar orang yang dihasilkan membuat kepala dengan bentuk lingkaran. Bentuk vertical dan horizontal untuk membuat tangan dan kaki, dia menggunakan dua garis untuk membuat kaki,  Begitupun objek lainnya yang terbuat dari bentuk geometris. Aspek warna tidak ada hubungannya dengan warna yang sebenarnya. Gambar ini dipresentasikan oleh Nurul Rahman.

Karya :
Ayu Candra ( 10 Tahun )

Gambar karya Ayu Candra ini juga menceritakan bahwa objek manusia(wanita) ialah dirinya yang sedang menunggu pacarnya.
Anak kecil jaman sekarang sudah mulai mengenal pacaran yang seharusnya belum ia kenali sama sekali. Usia sepuluh tahun merupakan usia bermain, tidak seharusnya diusianya yang masih belia sudah teracuni oleh hal-hal yang tidak-tidak. Menurut saya ini terjadi karna tontonan ditelevisi dan media masa lainnya yang kurang memperhatiakan dampak psikologis bagi penonton yang juga termasuk anak-anak. Anak adalah pribadi yang sangat mudah dipengaruhi apapun yang ia temukan dan ia senangi pasti langsung di ikutian ditiru, celakanya jika sesuatu yang mereka tiru bersifat negatif.
Kenyataannya saat ini banyak anak-anak yang mulai teracuni hal-hal negatif ini. Bagi saya ini sangat buruk bagi tumbuh kembang si anak itu sendiri. Seharusnya anak-anak masih berada di dunia bermain bersama teman namun sekarang malah banyak yang sudah mengenal cinta. Entah akan seperti apa generasi bangsa ini nantinya.


Catatan 
Semua Gambar Di dokumentasikan menggunakan samsung galaxy s5










Profesi kependidikan (7)

Upaya Meningkatkan Kualitas Pegawai



https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgaTMeUGHdZSzyMNlxbdracigq9iawoL-I261XXKsrnFGui2mwat6r9dN7XWYz-vNKeM5wCkS_zR2iLNEZBbOIUt7EIoc3nN62hnN9PUG59E0BGfeeqqS0aBXIOxAAMga6wCjsbU2jKQZU/s1600/pelatihan-dan-pengembangan-sdm.jpg


       Salah satu yang dilakukan pegawai untuk meningkatkan kualitas pegawai yaitu dengan cara pelatihan. Pelatihan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk melatih kegiatan atau melatih pekerjaan yang lebih spesifik.  Dengan adanya pelatihan banyak menumbuhkan manfaat dan tujuan yang lebih untuk ara pegawai. Pelatihan mendapatkan penyegaran materi, pemahaman terhadap materi lebih mendalam, menambah wawasan pengalaman dan pengetahuan baru, meningkatkan kesetiaan terhadap pancasila dan Negara, menambahkan kesamaan pola fikir, memantapkan semangat pengabdian Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dan memperoleh kesamaan visi.

Ada beberapa model pelatihan untuk meningkatkan kualitas pengetahuan diantaranya :

Brainstroming (Sumbangan saran).
Latihan kelompok dimana para peserta diminta memberikan ide-ide untuk memecahkan suatu masalah tertentu atau merencanakan suatu proyek tertentu dan menuliskannya pada flip chart atau papan tulis. Saran-saran dapat dinyatakan sesukanya; tidak perlu penjelasan, justifikasi atau komentar. Atau bisa dikatakan bahwa brainstroming Teknik memecahkan masalah dengan cara  tukar fikiran menyumbangkan ide dari masing-masing anggota kelompok melalui diskusi.

Buzz Group ( Diskusi kelompok kecil).
Menyelesaikan masalah dengan melihat topic yang berbeda untuk masing-masing kelompok. Bisa dikatakan bahwa Buzz group merupakan Sesi singkat yang bersifat informal dimana para peserta berbicara dengan orang disebelahnya mengenai suatu topik tertentu. Biasanya digunakan untuk membagi suatu perkuliahan atau presentasi.

Case studiens (studi khusus)
Memecahkan masalah dengan yang disodorkan oleh kelompok msalnya pengalaman praktek. Deskripsi pengalaman hidup nyata yang berkaitan dengan bidang pelajaran atau pelatihan, yang digunakan untuk membuat poin, mengangkat masalah atau meningkatkan pemahaman dan pengalaman belajar dari para peserta. Ini akan sangat berguna bilamana tidak dimungkinkan pengalaman praktek dalam kursus tersebut.

Computer Managed Learning ( Pembelajaran Berbasis Komputer)
Pembelajaran yang dialakukan untuk memecahkan masalah menggunakan bantuan aplikasi komputer. Selain istilah-istilah tersebut di atas, dikenal juga istilah CMI (Computer-Managed Instruction). Istilah CMI mengacu pada penggunaan komputer oleh pengajar sebagai alat untuk mengelola pembelajaran di kelas. Dalam hal ini, komputer digunakan untuk mencatat dan menghitung nilai, mencatat kehadiran siswa, mengikuti perkembangan siswa dalam berbagai bidang studi, mendiagnosa dan mempreskripsi, dan pada umumnya untuk membuat operasionalisasi kelas agar lebih lancar dan efisien (Padmanthara, 2007).

Critical incident (kritik terhadap insiden)
Menyelesaikan masalah dengan melibatkan peserta kelompok kepada kejadian yang sebenarnya secara kritis dan proseduran sesuai dengan criteria yang di tetapkan.  Suatu kritik insiden dapat memberikan  konstribusi positif maupun negative terhadap kejadian fenome insiden.

Demontrasi
Menyelesaikan masalah dengan medemontrasikan sesuatu atau menggunakan peragaan atau contoh untuk membuat sesuatu agar lebih jelas dipahami atau dimengerti.

Discussion
Diskusi merupakan teknik menyelesaikan masalah dengan bertukar pikiran, pendapat secara lisan dengan tujuan untuk mencari kesepakatan dan kesepahaman pendapat yang dilakukan minimal dengan 2 orang atau lebih.

Field Trip and Visited (Studi lapangan)
Studi lapangan merupakan pembelajaran yang dilakukan dilapangan luar daerah. Kegiatan ini dilakukan dengan adanya wisata atau berkunjung ketempat daerah luar dengan tujuan mendapatkan pengalaman pembelajaran yang sebenarnya dan sesuai dengan kejadian yang ada dilapangan.

Fish bowl
Merupakan salah satu metode diskusi kelompok. Teknik ini biasanya dilakukan guru didalam kelas.

Games (permainan)
Suatu aktivitas yang dilakukan oleh anak untuk mencari kesenangan dengan tujuan untuk meningkatkan kepribadian anak. Dalam hal ini teknik yang dilakukan ialah belajar sambil bermain. Kegiatan ini terdiri dari anggota kelompok dan ketua kelompok (tim) dalam permainan. Misalnya belajar mengelompokkan gambar, warna dan lain sebagainya. Dengan pembelajaran dengan metode bermain dapat menambah kreatifitas kemampuan anak dalam memecahkan masalah.

Group Duiscussion
Sama halnya Diskusi merupakan teknik menyelesaikan masalah dengan bertukar pikiran, pendapat secara lisan dengan tujuan untuk mencari kesepakatan dan kesepahaman pendapat yang dilakukan minimal dengan 2 orang atau lebih. Diskusi kelompok ini menyelesaikan masalah dengan cara berkelompok. Misalnya ada kelompok 1, 2, dan seterusnya. Saat kelompok 1 menjelaskan materi yang disampaikan, sedangkan kelompok 2 dan seterusnya menjadi pendengar serta mengkaji materi yang disampaikan, jika ada pertanyaan dari anggota 2 dan sebagainya maka kelompok 1 menjawab pertanyaan secara berkelompok.

Handle group
Penekanan waktu atau waktu dibatasi. Kelompok diskusi dalam menyelesaikan masalah dengan tepat waktu sesuai dengan waktu yang dibatasi dan harus selesai pada waktunya.

Lecture (Ceramah)
Ceramah merupakan salah satu metode pelaaran yang disampaikan oleh guru secara lisan baik menyampaikan tentang bahan pelajaran atau materi yang disampaikan. Teknik ini lebih memberikan penyampaian informasi, ingatan atau hal lain yang mengandung manfaat.

Panel discussion
Panel diskusi merupakan diskusi umum yang dilakukan oleh sekelompok diskusi yang disebut sebagai panelis. Diskusi ini dibuat secara luas, para panelis menyampaikan atau membahas suatu topic ditempat umum supaya terdengar oleh khalayak ramai, baik didengar melalui televise, radio dan sebagainya serta diadakannya pertanyaan untuk umum dan akan dijawab oleh pembawa panelis.

Reading
Membaca merupakan teknik menambah wawasan pengetahuan terhadap peserta didik. Baik itu membaca buku pelajaran, majalah, Koran dan lain sebagainya.

Role play (bermain peran)
Sama seperti halnya games. Namun halnya di Role Play ini anak mampu berimajinasi dan menghayati. Seperti drama, teater dan lain sebagainya, disini anak mampu berperan sebagai orang lain dan situasi tempat yang lain.

Simulation (Simulasi)
Proses pembelajaran tiding menggunakan objek sebenarnya tetapi menggunakan alat yang berpura-pura mirip dengan alat yang sebenarnya seperti Role Play.

Seminar 
Sebuah bentuk pengajaran akademis yaitu pembahasan secara ilmiah dengan melibatkan pemateri sebagai pembawa materi dan moderator yang mengatur acara seminar dari pembukaan hingga sesi tanya jawab kegiatan seminar serta para anggota seminar yang ikut serta dalam mendengarkan dan mengkaji apa yang disampaikan oleh pemateri.  Kegiatan seminar biasanya dilaksanakan di universitas tertentu.

Teleconferention
Adalah hubungan yang dilakukan oleh 2 orang atau lebih melalui telepon atau koneksi jaringan seperti halnya video call, dan lain sebagainya, sebagaimana mereka berdua saling berbicara dan mendengarkan antara satu dengan yang lainnya.


Sumber 

http://www.ica-sae.org/trainer/indonesian/appa.htm

Pengembangan peserta didik (6)

Analisis Gambar Anak-Anak

 Perkembangan peserta didik merupakan bagian dari pengkajian dan penerapan psikologi perkembangan yang secara khusus mempelajari aspek-aspek perkembangan individu yang berada pada tahap usia sekolah. Sebagai individu yang tengah tumbuh dan berkembang, peserta didik memerlukan bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju kearah titik optimal kemampuan fitrahnya.
Dalam mata kuliah perkembangan peserta didik di Jurusan Pendidikan Seni Rupa Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja-Bali, selain membahas perkembangan peserta didik secara pengetahuan umum, pembelajaran juga membahas tentang perkembangan anak dari sisi seni rupanya. Pada tanggal 29 september 2015 Drs. Jajang Suryana M.Si selaku dosen pengajar mata kuliah perkembangan peserta didik memberi tugas kepada mahasiswa untuk mempresentasikan hasil gambar anak-anak pada rentang usia pra sekolah sampai SMA.

Berikut beberapa gambar yang saya temukan di lingkungan rumah yang saya bahas dalam presentasi

Karya : 
Ni Komang tya yanti ( 3 Tahun )
Karya : 
I Nengah Adi Artana ( 5 tahun )
Karya : 
I Nengah Adi Artana ( 5 tahun )
Karya :
Ni Komang Listya yanti ( 3 tahun )
Karya :
Ni Kadek Dina Saraswati ( 4 Tahun )
Karya :
Ni Putu Indah Dewi ( 3,5 tahun )
Karya :
I Wayan Nova Edi ( 4 tahun )
Karya :
Ni Komang Listya yanti ( 3 tahun )
Karya :
Ni Putu Yuni Kusuma Yanti ( 10 tahun )
Karya :
Ni Luh Intan Damayanti ( 11 tahun )

       Dalam proses pengumpulan gambar saya menyediakan kertas dan beberapa bahan pewarna seperti pensil warna, spidol dan krayon. Membuat anak-anak yang sedang bermain untuk mau menggambar merupakan hal yang susah. Saya mencoba menggunakan metode dengan cara mengajak salah satu dari mereka agar mau ikut menggambar dengan saya, dan kemudian tanpa disuruh anak-anak yang lainnya akan tertarik dan mau ikut menggambar. Dalam proses menggambarnya anak-anak kebanyakan bingung, kemudian mereka sering mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada saya;  Gambar apa kak? Ini warnanya apa? Boleh pakai warna ini? Dan masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan sejenis itu yang mereka tanyakan. Kemudian saya merangsang anak-anak untuk menggambar apa yang ada disekitarnya, alhasil kebanyakan dari mereka menggambar bunga, manusia, mobil, burung dan sebagainya.

Sumber:
Foto Dokumentasi Pribadi













Profesi Kependidikan (6)


14 Kompetensi Penilaian kinerja Guru  (PKG)




       PKG (Penilaian Kinerja Guru) merupakan salah satu upaya dalam melaksanakan tugas dan fungsi yang melekat pada profesi guru agar tercipta pembelajaran yang baik dan berkualitas.  Pelaksanaan PKG dimaksudkan bukan untuk menyulitkan guru, tetapi sebaliknya PKG dilaksanakan untuk mewujudkan guru yang profesional,  karena harkat dan martabat suatu profesi ditentukan oleh kualitas layanan profesi yang  bermutu.
Ada 14 kompetensi kinerja guru yang terdapat di ranah kompetensi pedagogik, kompetensi Kepribadian, kompetensi Sosial dan kompetensi Profesional.

  • Kompetensi Pedagogik
1.      Mengenal karakteristik anak didik
Guru mencatat dan menggunakan informasi tentang karakteristik peserta didik untuk membantu proses pembelajaran. Karakteristik ini terkait dengan aspek fisik intelektual, sosial emosional, moral, dan latar belakang sosial budaya.
2.      Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik
Guru menetapkan berbagai pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang mendidik secara kreatif sesuai dengan standar kompetensi guru. Guru menyesuaikan metode pembelajaran supaya sesuai dengan karakteristik peserta didik dan memotivasi mereka untuk belajar.
3.      Pengembangan kurikulum
Guru menyusun silabus sesuai dengan tujuan terpenting kurikulum dan menggunakan RPP sesuai dengan tujuan dan lingkungan pembelajaran. Guru memilih, menyusun, dan menata materi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik
4.      Kegiatan pembelajaran yang mendidik
Guru menyusun dan melaksanakan rancangan pembelajaran yang mendidik secara lengkap. Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Guru menyusun dan menggunakan berbagai materi pembelajaran dan sumber belajar sesuai dengan karakteristik peserta didik. Jika relevan, guru memanfaatkan teknologi informasi komunikasi (TIK) untuk kepentingan pembelajaran
5.      Memahami dan mengembangkan potensi
Guru menganalisis potensi pembelajaran setiap peserta didik dan mengidentifikasi pengembangan potensi peserta didik melalui program pembelajaran yang mendukung siswa mengaktualisasikan potensi akademik, kepribadian, dan kreativitasnya sampai ada bukti jelas bahwa peserta didik mengaktualisasikan potensi mereka

6.      Komunikasi dengan peserta didik
Guru berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan peserta didik dan bersikap antusias dan positif. Guru memberikan respon yang lengkap dan relevan kepada komentar atau pertanyaan peserta didik
7.      Penilaian dan evaluasi
Guru menyelenggarakan penilaian proses dan hasil belajar secara berkesinambungan. Guru melakukan evaluasi atas efektivitas proses dan hasil belajar dan menggunakan informasi hasil penilaian dan evaluasi untuk merancang program remedial dan pengayaan. Guru menggunakan hasil analisis penilaian dalam proses pembelajarannya

  • Kompetensi Kepribadian
1.      Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia
Guru bertindak sesuai dengan hukum di Indonesia. Semua kegiatan yang dilaksanakan oleh guru mengindikasikan penghargaanya terhadap berbagai keberagaman agama, keyakinan yang dianut, suku, adat istiadat daerah asal, latar belakang sosial ekonomi, dan/atau tampilan fisik.
2.      Menunjukkan pribadi yang dewasa dan teladan
Guru menampilkan diri sebagai teladan bagi peserta didik dan masyarakat. Guru dihormati oleh peserta didiknya dan oleh anggota masyarakat sekitarnya, termasuk orang tua siswa.
3.      Etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru
Guru berperilaku sesuai dengan kode etik profesi guru. Guru melaksanakan tugasnya sesuai dengan harapan kepala sekolah/madrasah dan komite sekolah/madrasah. Semua kegiatan guru memperhatikan kebutuhan peserta didik, teman sekerja, dan tujuan sekolah.

  • Kompetensi Sosial
1.      Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif
Guru menghargai peserta didik, orang tua peserta didik dan teman sejawat. Guru bertindak inklusif, serta tidak diskriminatif terhadap peserta didik, teman sejawat, dan masyarakat sekitar. Guru menerapkan metode pembelajaran yang memfasilitasi pembelajaran semua peserta didik.
2.      Komunikasi dengan sesama guru, tenaga pendidik, orang tua peserta didik, dan masyarakat
Guru berkomunikasi secara efektif baik lisan maupun tulisan dengan orang tua peserta didik dan masyarakat. Guru menyediakan informasi resmi (baik lisan maupun tulisan) kepada orang tua peserta didik tentang program pembelajaran dan kemajuan peserta didik (sekurang‐kurangnya dua kali dalam setahun). Guru berpartisipasi dalam kegiatan kerjasama antara sekolah dan masyarakat dan berkomunikasi dengan komunitas profesi dan berpartisipasi dalam kegiatan yang relevan.

  • Kompetensi Profesional
1.      Penguasaan materi struktur konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu
Rancangan, materi dan kegiatan pembelajaran, penyajian materi baru dan respon guru terhadap peserta didik memuat informasi pelajaran yang tepat dan mutakhir. Pengetahuan ini ditampilkan sesuai dengan usia dan tingkat pembelajaran peserta didik. Guru benar‐benar memahami mata pelajaran dan bagaimana mata pelajaran tersebut disajikan di dalam kurikulum. Guru dapat mengatur, menyesuaikan dan menambah aktifitas untuk membantu peserta didik menguasai aspek aspek penting dari suatu pelajaran dan meningkatkan minat dan perhatian peserta didik terhadap pelajaran
2.      Mengembangkan keprofesionalan melalui tindakan reflektif
Guru melakukan refleksi terhadap kinerja sendiri secara terus menerus dan memanfaatkan hasil refleksi untuk meningkatkan keprofesian. Guru melakukan penelitian tindakan kelas dan mengikuti perkembangan keprofesian melalui belajar dari berbagai sumber, guru juga memanfaatkan TIK dalam berkomunikasi dan pengembangan keprofesian jika dimungkinkan.
Itulah 14 kompetensi Penilaian Kinerja Guru PKG yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan penguasaan kompetensi guru dan mengembangkan kinerja keprofesiannya. Selain itu, hasil dari PKG ini pun diperlukan untuk kenaikan pangkat dan golongan guru yang bersangkutan.


Sumber








Telaah Kurikulum (5)



Organisasi Kompetensi, Tujuan Satuan Pendidikan, Dan Struktur Kurikulum 2013 SMA/MA



 A. Organisasi Kompetensi
Mata pelajaran adalah unit organisasi terkecil dari Kompetensi Dasar. Untuk kurikulum SMA/MA, organisasi Kompetensi Dasar dilakukan dengan cara mempertimbangkan kesinambungan antarkelas dan keharmonisan antarmata pelajaran yang diikat dengan Kompetensi Inti.
Kompetensi Dasar SMA/MA diorganisasikan atas dasar pengelompokan mata pelajaran yang wajib diikuti oleh seluruh peserta didik dan mata pelajaran yang sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuan peserta didik (peminatan).
Substansi muatan lokal termasuk bahasa daerah diintegrasikan ke dalam mata pelajaran Seni Budaya. Substansi muatan lokal yang berkenaan dengan olahraga serta permainan daerah diintegrasikan ke dalam mata pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan. Sedangkan Prakarya dan Kewirausahaan merupakan mata pelajaran yang berdiri sendiri.
B. Tujuan Satuan Pendidikan
Penyelenggaraan pendidikan dasar dan menengah sebagaimana yang dinyatakan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan bertujuan membangun landasan bagi berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang:
a. beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, dan berkepribadian luhur;
b. berilmu, cakap, kritis, kreatif, dan inovatif;
c. sehat, mandiri, dan percaya diri; dan
d. toleran, peka sosial, demokratis, dan bertanggung jawab.
C. Struktur Kurikulum dan Beban Belajar
1. Struktur Kurikulum 
Struktur kurikulum menggambarkan konseptualisasi konten kurikulum dalam bentuk mata pelajaran, posisi konten/mata pelajaran dalam kurikulum, distribusi konten/mata pelajaran dalam semester atau tahun, beban belajar untuk mata pelajaran dan beban belajar per minggu untuk setiap peserta didik. Struktur kurikulum adalah juga merupakan aplikasi konsep pengorganisasian konten dalam sistem belajar dan pengorganisasian beban belajar dalam sistem pembelajaran. Pengorganisasian konten dalam sistem belajar yang digunakan adalah sistem semester sedangkan pengorganisasian beban belajar dalam sistem pembelajaran berdasarkan jam pelajaran per semester.
Struktur kurikulum juga gambaran mengenai penerapan prinsip kurikulum mengenai posisi seorang siswa dalam menyelesaikan pembelajaran di suatu satuan atau jenjang pendidikan. Lebih lanjut, struktur kurikulum menggambarkan posisi belajar seorang siswa yaitu apakah mereka harus menyelesaikan seluruh mata pelajaran yang tercantum dalam struktur ataukah kurikulum memberi kesempatan kepada peserta untuk menentukan berbagai pilihan.
Struktur kurikulum SMA/MA terdiri atas:
- Kelompok mata pelajaran wajib yang diikuti oleh seluruh peserta didik
- Kelompok mata pelajaran peminatan yang diikuti oleh peserta didik sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya.
- Untuk MA dapat menambah dengan mata pelajaran kelompok peminatan keagamaan.

2. Beban Belajar 
Dalam struktur kurikulum SMA/MA ada penambahan jam belajar per minggu sebesar 4-6 jam sehingga untuk kelas X bertambah dari 38 jam menjadi 42 jam belajar, dan untuk kelas XI dan XII bertambah dari 38 jam menjadi 44 jam belajar. Sedangkan lama belajar untuk setiap jam belajar adalah 45 menit.
Dengan adanya tambahan jam belajar ini dan pengurangan jumlah Kompetensi Dasar, guru memiliki keleluasaan waktu untuk mengembangkan proses pembelajaran yang berorientasi siswa aktif belajar. Proses pembelajaran siswa aktif memerlukan waktu yang lebih panjang dari proses pembelajaran penyampaian informasi karena peserta didik perlu latihan untuk melakukan mengamati, menanya, mengasosiasi, dan berkomunikasi. Proses pembelajaran yang dikembangkan guru menghendaki kesabaran dalam menunggu respon peserta didik karena mereka belum terbiasa. Selain itu bertambahnya jam belajar memungkinkan guru melakukan penilaian proses dan hasil belajar.
Kompetensi Inti Dan Kompetensi Dasar
A. Kompetensi Inti
Kompetensi Inti merupakan terjemahan atau operasionalisasi SKL dalam bentuk kualitas yang harus dimiliki mereka yang telah menyelesaikan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu atau jenjang pendidikan tertentu, gambaran mengenai kompetensi utama yang dikelompokkan ke dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan (afektif, kognitif, dan psikomotor) yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran. Kompetensi Inti harus menggambarkan kualitas yang seimbang antara pencapaian hard skills dan soft skills.

Kompetensi Inti berfungsi sebagai unsur pengorganisasi (organising element) kompetensi dasar. Sebagai unsur pengorganisasi, Kompetensi Inti merupakan pengikat untuk organisasi vertikal dan organisasi horizontal Kompetensi Dasar. Organisasi vertikal Kompetensi Dasar adalah keterkaitan antara konten Kompetensi Dasar satu kelas atau jenjang pendidikan ke kelas/jenjang di atasnya sehingga memenuhi prinsip belajar yaitu terjadi suatu akumulasi yang berkesinambungan antara konten yang dipelajari peserta didik. Organisasi horizontal adalah keterkaitan antara konten Kompetensi Dasar satu mata pelajaran dengan konten Kompetensi Dasar dari mata pelajaran yang berbeda dalam satu pertemuan mingguan dan kelas yang sama sehingga terjadi proses saling memperkuat.

Kompetensi Inti dirancang dalam empat kelompok yang saling terkait, yaitu berkenaan dengan sikap keagamaan (kompetensi inti 1), sikap sosial (kompetensi inti 2), pengetahuan (kompetensi inti 3), dan penerapan pengetahuan (kompetensi inti 4). Keempat kelompok itu menjadi acuan dari Kompetensi Dasar dan harus dikembangkan dalam setiap peristiwa pembelajaran secara integratif. Kompetensi yang berkenaan dengan sikap keagamaan dan sosial dikembangkan secara tidak langsung (indirect teaching), yaitu pada waktu peserta didik belajar tentang pengetahuan (kompetensi kelompok 3) dan penerapan pengetahuan (kompetensi Inti kelompok 4).
B. Kompetensi Dasar
Kompetensi Dasar merupakan kompetensi setiap mata pelajaran untuk setiap kelas yang diturunkan dari Kompetensi Inti. Kompetensi Dasar adalah konten atau kompetensi yang terdiri atas sikap, pengetahuan, dan ketrampilan yang bersumber pada Kompetensi Inti yang harus dikuasai peserta didik. Kompetensi tersebut dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik peserta didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu mata pelajaran. Mata pelajaran sebagai sumber dari konten untuk menguasai kompetensi bersifat terbuka dan tidak selalu diorganisasikan berdasarkan disiplin ilmu yang sangat berorientasi hanya pada filosofi esensialisme dan perenialisme. Mata pelajaran dapat dijadikan organisasi konten yang dikembangkan dari berbagai disiplin ilmu atau non disiplin ilmu yang diperbolehkan menurut filosofi rekonstruksi sosial, progresifisme atau pun humanisme. Karena filosofi yang dianut dalam kurikulum adalah eklektik seperti dikemukakan di bagian landasan filosofi, maka nama mata pelajaran dan isi mata pelajaran untuk kurikulum yang akan dikembangkan tidak perlu terikat pada kaedah filosofi esensialisme dan perenialisme.

Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah yang merupakan satu kesatuan ide masing-masing mata pelajaran mencakup: (1) Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Kelompok Mata Pelajaran Wajib, (2) Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Kelompok Peminatan Matematika dan Ilmu-ilmu Alam, (3) Kelompok Inti dan Kompetensi Dasar Peminatan Ilmu-ilmu Sosial, dan Kelompok Peminatan Ilmu-ilmu Bahasa.dan Budaya.

Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar yang dimuat dalam dokumen ini adalah:
1. Kompetensi Dasar Kelompok Mata Pelajaran Wajib 
1.1 Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 
a. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
b. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Kristen Dan Budi Pekerti
c. Kompetensi Inti Dan Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Katolik Dan Budi Pekerti
d. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti
e. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti
f. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekerti
1.2 Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 
1.3 Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Bahasa Indonesia 
1.4 Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Matematika 
1.5 Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Sejarah Indonesia 
1.6 Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Bahasa Inggris 
1.7 Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Seni Budaya 
1.8 Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan 
1.9 Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Prakarya dan Kewirausahaan
2. Kompetensi Dasar Kelompok Peminatan 
2.1 Peminatan Matematika dan Ilmu-ilmu Alam 
a. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Matematika
b. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Biologi
c. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Fisika
d. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Kimia
2.2 Peminatan Ilmu-ilmu Sosial 
a. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Geografi
b. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Sejarah
c. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Sosiologi
d. Kompetensi Inti Dan Kompetensi Dasar Ekonomi
2.3 Peminatan Ilmu-ilmu Bahasa dan Budaya 
a. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Bahasa dan Sastra Indonesia
b. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Bahasa dan Sastra Inggris
c. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Bahasa dan Sastra Asing Lainnya
c.1. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Bahasa dan Sastra Arab
c.2. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Bahasa dan Sastra Jepang
c.3. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Bahasa dan Sastra Mandarin
c.4. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Bahasa dan Sastra Jerman
c.5. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Bahasa dan Sastra Perancis
d. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Antropologi